Sabtu, 25 Februari 2012

Belajar Inisiatif

Lagi ada seorang ibu, dateng ke kantor minggu2, kebetulan kita lagi pada lembur. Si ibu dateng, cerita kalo anaknya sedang kuliah di suatu perguruan tinggi dan mau PKL. Sistem pendaftaran PKL di kampusnya itu secara online untuk mendapatkan tempat PKL nya. Si anak, sedang liburan di rumahnya, tidak mengakses internet selama liburan, tau2 sudah penutupan pendaftaran tempat PKL. Sekarang si anak bingung, mau PKL dimana. Beruntung, paman si anak ini adalah temen dari atasanku. si Paman menyarankan agar si anak datang ke kantor untuk minta ijin agar bisa PKL di unit ku ini. Kenyataannya, si anak ga dateng, yang dateng ibunya. Si ibu setengah merengek agar si anak bisa PKL disini.

Ada beberapa hal yang bisa aku simpulkan dari kejadian ini :
  1. Kayanya ni bocah rada2 kurang tanggungjawab apa ya, secara.. dia sudah tau jadwal pendaftaran PKL, eeeeh malah asik liburan. Giliran pendaftaran udah ketutup, baru deh bingung mikir dimana dia mau PKL.
  2. Kenapa harus yang menghadap ke orang Telkom itu ibu nya? kenapa ga si anak? kemana dia? bukannya kalo mau PKL itu berarti mahasiswa hampir semester akhir ya? dan yang lebih mengagetkan.. si anak ini ternyata Cowok. Halooo.. seorang cowok, yang punya suatu kepentingan, yang sudah semester akhir.. mana inisiatifnya? Astaghfirullah,, malah si ibu yang datang merengek2.. apa ga kasian sama si ibu? bener2 ga ngerti. Ini khan kepentingannya dia, kenapa jadi si ibu yang repot? Kalo tanggungjawab sekecil ini aja si anak udah ga bisa menyelesaikan, gimana kalo dikasih tanggung jawab yang lebih besar?
  3. Kalo melihat runtutan histori nya, kayanya kelalaian itu ada pada si anak cowok ini, tapi setelah kejadian begini, kenapa dari pihak dia yang menuntut Telkom, untuk membuat surat permohonan, seolah2 Telkom meminta agar anak tersebut bisa PKL di sini. Krik krik banget ndengernya hihihihi..
Kasih sayang seorang ibu memang tidak ada ujungnya, demi sang anak.. apapun bakal dia lakukan. Namun, kurang bijak juga rasanya jika dengan dalih kasih sayang seorang ibu menjadi lupa mengajarkan tanggung jawab pada anaknya. Dengan terlalu lama di "ning nang ning gung" , maka si anak bisa jadi tumbuh menjadi anak yang "aleman", terima beres, terima jadi. Kasihan si anak ini nanti. Apalagi seorang laki2, nantinya menjadi imam.

Begitupun seorang anak, merupakan tanggung jawab orang tua untuk membimbing, mendidik dan menyayangi kita. Tapi, untuk urusan2 yang sekiranya kita bisa atasi sendiri, alangkah lebih baiknya untuk kita berinisiatif untuk mengatasinya.

Kasihan orang tua kita, sudah se-tua itu masih harus direpotkan untuk urusan yang seharusnya menjadi tanggung jawab kita. Jika kita lalai, maka terimalah konsekuensi nya, repot sedikit, toh itu akibat kelalaian kita sendiri bukan?

Semoga saja, dari kisah ini ada hikmah yang bisa aku ambil. Malu rasanya, kalo sudah besar, mengaku mahasiswa, tapi untuk ecek2 begini saja.. masih harus orang tua yang turun tangan. Malu! apa bedanya mahasiswa dengan anak TK kalau begitu?

Belajar bertanggung jawab, belajar untuk menghargai kasih sayang orang tua, belajar untuk tidak merepotkan mereka selalu. Semoga...

Selasa, 14 Februari 2012

Blacklist

Jaman sekarang,makin banyak aja orang iseng, kurang kerjaan, jail ga jelas gitu. Salah satu contohnya adalah mereka2 yang gemar kirim sms atau telp2 ga jelas gitu. Aku salah satu korbannya. Awalnya si cuek2 aja, toh bunyi sms2 mereka itu bisa dibilang seperti "burung beo" ngoceh ga jelas yg ga ada maknanya. Kalo dibaca suka ketawa sendiri si.. sambil bergumam " ada ya orang macam ini" hmm hehe.
Tapi lama2 keganggu juga, khususnya sama telp2 di jam ga tepat dan hanya untuk DIEM SAJA ,ga keluar suara sama sekali. Ga habis pikir, kok bisa gitu loh.. udah ngabis2in pulsanya dia, g  manfaat sama sekali. Akhirnya, dengan bantuan temen.. aku bisa mem-blacklist beberapa nomer yg cukup disturbing!
Sebetulnya aku tau siapa oknum yg jail tsb, tapi pura2 ga tau aja lah, toh tinggal klik add to blacklist dan semua beresss.. dia g bisa telp dan tidak ada notif masuk utk sms2nya. Tercatat sudah ada tiga nomer yg masuk daftar blacklist. Satu kata untuk mereka "kapok ra!" Huehehe..
Di tiap kejadian,entah itu enak atau engga tetep ada hikmah yg bisa diambil didalamnya. Pun dengan kejadian "pemblacklistan" ini. Aku jadi introspeksi, kenapa pada banyak orang2 yang iseng sama aku ya, apa mungkin selama ini aku juga sering iseng ke orang lain? Terlepas dari itu semua, kita memang harus senantiasa berhati2 menjaga perkataan, perbuatan dan hati kita. Agar tidak menyakiti orang lain. Karena sesungguhnya, yg patut di waspadai bukanlah sikap atau perkataan atau penilaian orang terhadap kita. Tapi justru sikap, perkataan dan penilaian kita pada orang lain. Karena apa yg kita tanam, itulah yg nanti akan kita tuai.. Wallahu a'lam...

Kamis, 09 Februari 2012

Kau hampir mencapai "finish.."

Entah sudah berapa tetesan air mata kau tumpahkan dihadapanNya,,
Entah sudah berapa banyak doa kau panjatkan padaNya,,
Entah sudah berapa sabar kau mencoba selalu dihadapanNya,,
Entah sudah berapa ilmu kau raup untuk mencari perhatianNya,,
Entah sudah berapa luka kau tutupi untuk tetap tersenyum dihadapanNya,,

Kini,,,
kau hampir mencapai garis akhir..
sebuah penantian yang setiap kami pun menginginkan segera sampai disana..
tanpa perlu banyak bicara, akan segera kau buktikan ketaatanmu itu.

Subhanallah..
iri aku padamu,
pada ketaatanmu,,
pada kekuatanmu,,
pada keshalehanmu,,

Teriring doa selalu untuk mu..
insyaAllah.. kau akan selalu bahagia di tiap kondisimu..
karena Allah selalu mendampingimu..

Teruntuk saudariku,, guru dalam diamku, tauladanku,, nan cantik sholehah..
aku, kami,, turut berbahagia untukmu sayang ^__^

Ketenangan Hati

Sudah lama Abu nawas tidak dipanggil ke istana untuk menghadap Baginda. Abu nawas juga sudah lama tidak muncul di kedai teh. Kawan-kawan Abunawas banyak yang merasa kurang bergairah tanpa kehadiran Abu nawas. Tentu saja keadaan kedai tak semarak karena Abu nawas si pemicu tawa tidak ada.

Suatu hari ada seorang laki-laki setengah baya ke kedai teh menanyakan Abu nawas. la mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari rnasalah pelik yang dihadapi.

Salah seorang teman Abunawas ingin mencoba menolong.

“Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barang-kali aku bisa membantu.” kata kawan Abu nawas.

“Baiklah. Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu sempit sehingga kami tidak merasa bahagia.” kata orang itu membeberkan kesulitannya.

Kawan Abu nawas tidak mampu memberikan jalan keluar, juga yang lainnya. Sehingga mereka menyarankan agar orang itu pergi menemui Abu nawas di rumahnya saja.

Orang itu pun pergi ke rumah Abunawas. Dan kebetulan Abu Nawas sedang mengaji. Setelah mengutarakan kesulitan yang sedang dialami, Abu nawas bertanya kepada orang itu. “Punyakah engkau seekor domba?”
“Tidak tetapi aku mampu membelinya.” jawab orang itu.
“Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu.” Abu nawas menyarankan.
Orang itu tidak membantah. la langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan Abunawas.
Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. “Wahai Abu nawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak. Aku dan keluargaku merasa segala sesuatu menjadi lebih buruk dibandingkan sebelum tinggal bersama domba.” kata orang itu mengeluh.
“Kalau begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di dalam rumahmu:” kata Abu nawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung membeli beberapa ekor unggas yang kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi ke rumah Abu Nawas. “Wahai Abu Nawas,aku telah melaksanakan saran-saranmu dengan menambah penghuni rumahku dengan beberapa ekor unggas. Namun begitu aku dan keluargaku semakin tidak betah tinggal di rumah yang makin banyak penghuninya. Kami bertambah merasa tersiksa.” kata orang itu dengan wajah yang semakin muram.
“Kalau begitu belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu.”kata Abu Nawas menyarankan
Orang itu tidak membantah. la langsung ke pasar hewan membeli seekor anak unta untuk dipelihara di dalam rumahnya.

Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abu Nawas. la berkata, “Wahai Abu Nawas, tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang hampir seperti neraka. Semuanya berubah menjadi lebih mengerikan dari pada hari-hari sebelumnya. Wahai Abu Nawas, kami sudah tidak tahan tinggal serumah dengan binatang-binatang itu.” kata orang itu putus asa.
“Baiklah, kalau kalian sudah merasa tidak tahan maka juallah anak unta itu.” kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung menjual anak unta yang baru dibelinya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas pergi ke rumah orang itu “Bagaimana keadaan kalian sekarang?” Abu Nawas bertanya.
“Keadaannya sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal disini.” kata orang itu tersenyum.
“Baiklah, kalau begitu sekarang juallah unggas-unggasmu.” kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. la langsung menjual unggas-unggasnya. Beberapa hari kemudian Abu Nawas mengunjungi orang itu.
“Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?” Abu Nawas bertanya.
“Keadaan sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak tinggal bersama kami.” kata orang itu dengan wajah ceria.
“Baiklah kalau begitu sekarang juallah domba itu.” kata Abu Nawas.
Orang itu tidak membantah. Dengan senang hati ia langsung menjual dombanya.
Beberapa hari kemudian Abu Nawas bertamu ke rumah orang itu. la bertanya, “Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang ?”
“Kami merasakan rumah kami bertambah luas karena binatang-binatang itu sudah tidak lagi tinggal bersama
kami. Dan kami sekarang merasa lebih berbahagia daripada dulu. Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abu Nawas.” kata orang itu dengan wajah berseri-seri.

Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas nikmat dari Tuhan maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiranmu.” kata Abu Nawas menjelaskan.

Dan sebelum Abu Nawas pulang, ia bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau sering berdoa ?”
“Ya.” jawab orang itu.
Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah karena manakala Allah membuka pintu pemahaman kepada engkau ketika Dia tidak memberi engkau, maka ketiadaan pemberian itu merupakan pemberian yang sebenarnya.”

Selasa, 07 Februari 2012

Jilbab ku.. bukan nilai ku!

 “Afwan ukhti, anti sudah tidak liqa lagi? Atau anti sedang futur?” tanya Mawar seketika kepada Bunga yang dilihatnya berubah cara mengenakan jilbabnya.
“Iya nih Kak”, jawab Bunga sekenanya.
Dialog di atas adalah sekelumit cerita kawan saya – Bunga – ketika dia merubah penampilan jilbabnya. Bukan memendekkan jilbabnya hingga ke leher, hanya saja Bunga membuat jilbabnya dengan suatu model dengan tetap menjulur menutupi dada. Memang tidak sepanjang jilbab Mawar tapi masih syar’i karena sebelumnya Bunga telah bertanya dahulu dengan guru ngajinya. Ketika guru ngajinya mengatakan bahwa jilbab itu masih tergolong panjang dan menutupi dada, maka tak masalah. Masalah justru hadir ketika Bunga berangkat ke kampus dan bertemu dengan kakak seniornya, yang seketika langsung menjudge Bunga sedang futur. Sedang jawaban Bunga di atas bukanlah jawaban sebenarnya. Hanya sekenanya. Bunga hanya merasa heran, ketika iman hanya di ukur oleh panjang atau pendeknya jilbab. Selama jilbabnya masih syar’i, toh tidak masalah.
****
Lain waktu, dikarenakan sedang kehabisan pulsa, maka Mawar meminjam handphone kepada Bunga. Bunga meminjamkannya dan Mawar pun segera menelpon seseorang sambil menjauhi Bunga.
Beberapa hari kemudian, ketika jam menunjukkan pukul dua pagi. Saat itu Bunga sedang tertidur pulas, kemudian handphonenya berdering. Sambil mengantuk, Bunga mengangkat handphonenya. Bukan main ia terkejut, karena ternyata si penelepon mencari Mawar dan si penelepon itu adalah seorang laki-laki.
“Assalamu’alaikum, ukhti Mawar ada?” tanya si penelepon
“Wa’alaikumsalam Afwan, Mawarnya tidak ada”. Jawab Bunga sambil mengantuk
“Iya tolong di panggilkan ukhti Mawarnya”. Si penelepon rada memaksa
“Ini bukan handphonenya Mawar, kemarin dia pinjam handphone saya”. Balas Bunga dengan sedikit kesal
Esok harinya, Bunga menceritakan kejadian semalam kepada Mawar. Di tanyalah Mawar.
“Kak, semalam jam dua ada telpon dari ikhwan yang mencari kakak”. Bunga mengawali percakapan
“Oh itu, Ana mah biasa ngurusin kerjaan malam-malam sama ikhwan itu”. Jawab Mawar
Dalam hati Bunga merasa heran, “berinteraksi dengan ikhwan malam-malam seperti itu bahkan hingga pukul dua pagi, memang hanya urusan pekerjaan, tapi jika berlanjut terus menerus bukan malah menjurus ke masalah hati?”. Tapi pertanyaan itu hanya Bunga simpan dalam hati. Ia tidak berani meneruskan ketika jawaban Mawar langsung telak mengejutkan Bunga.
****
Saya mengenal Bunga, Dia memang tidak mengenakan jilbab yang panjangnya hingga ke paha. Tapi saya kenal dengan Bunga yang mampu menjaga interaksinya dengan lawan jenis, meskipun aktivitasnya tidak hanya terbatas pada sesama jenis. Dia juga mampu menjaga hatinya meskipun banyak berinteraksi dengan lawan jenis karena keharusan.
Bunga mungkin terbilang sebagai akhwat yang “slengean” dan saya mengenalnya seperti itu. Tapi dia terbilang akhwat yang cukup aktif dalam organisasinya. Dia bisa menjadi contoh seseorang yang selalu on-time ketika ada suatu agenda, kecuali ada suatu alasan syar’i yang membuatnya datang lebih lambat. Bunga yang sangat loyal ketika di beri suatu amanah.
Karena “keslengeannya” itu pula, saya menjadi tahu baik buruknya dia. Bukan seseorang yang hanya berusaha baik secara penampilan tapi buruk di belakangnya.
Slengean yang saya maksud bukanlah berkelakuan buruk dan tidak menjaga perilaku. Tetapi slengeannya Bunga adalah gampang berbaur dengan orang lain baik muslim maupun non muslim, dengan tetap menjaga perilaku sebagai muslimah. Ceplas ceplos, tidak di buat-buat dan apa adanya tapi tetap syar’i. Dan tidak pula baik di penampilan fisik tapi buruk di dalamnya.
Saya jadi teringat akan sebuah kutipan, Jangan pernah lihat dari panjangnya jilbab tapi dari akhlaqnya. Karena jika jilbab seseorang sudah memenuhi ketentuan syar’i maka tak ada alasan untuk memandangnya sinis.
Syarat jilbab:
  1. Hijab/jilbab menutupi seluruh badan (rambut sampai kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.
  2. Hijab/jilbab tidak dimaksudkan sebagai hiasan bagi dirinya, sehingga tidak diperbolehkan memakai kain yang berwarna mencolok, atau kain yang penuh gambar atau hiasan.
  3. Hijab/jilbab harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak menggambarkan postur tubuhnya
  4. Hijab/jilbab tidak memperlihatkan sedikit pun bagian kaki wanita
  5. Hijab/jilbab yang dikenakan itu tidak sobek sehingga tidak menampakkan bagian atau perhiasan wanita
  6. Hijab/jilbab tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Sumber: Fiqih Wanita, Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah
Dan ilmu pun tak bisa di lihat dari panjangnya jilbab. Bisa jadi mereka yang terlihat biasa justru memiliki akhlaq yang luar biasa. Dan bisa jadi seseorang yang di luar terlihat slengean, tapi secara hati dan perilaku lebih bisa menjaga hal-hal yang merusak imannya. Bukan lagi masanya melihat sesuatu dari penampilan fisik dan menganggap diri lebih mulia dikarenakan penampilan fisik yang sempurna. Bukan saatnya lagi menggolong-golongkan kawan berdasarkan ukuran jilbab. Maka ukuran jilbab bukanlah sebuah nilai. Karena Allah hanya melihat ketaqwaan hambaNya.
Allahua’lam
Based on true story, pengingat diri sendiri

Kamis, 02 Februari 2012

Untuk diriku,, yang pernah tertipu oleh "cinta"



Pertengahan bulan lalu, suatu sore, tanpa angin tanpa hujan, tiba tiba aku mendapatkan sebuah nasihat yang berharga dari seorang teman. Entah apa yang menggerakkan orang tersebut untuk menghubungiku via gtlak. Sebelumnya, kami bukanlah teman dekat, kami sebatas kenal dan hanya pernah bertemu satu kali saat dirinya menikah akhir tahun kemarin.

Nasihat yang berharga untukku itu berbunyi cukup singkat namun sarat makna, " Jangan sampai kamu terjebak hubungan dengan seorang lelaki yang mengaku serius menjalani hubungan dengan mu, tetapi tidak mengajak mu menikah." Membaca pesan itu, aku berfikir dalaaaaaaaam sekali. Betul apa yang dia bilang. Yang namanya serius itu ya menikah. Lelaki yang baik, yang menghargai seorang wanita ya pasti akan mengajaknya menikah, bukan pacaran atau yang lain. Kalau laki - laki itu benar cinta pada seorang wanita, bukti nyatanya adalah dengan menikahinya, bukan memacarinya atau yang lain. 

Aku sulit menjabarkan lebih jauh mengenai nasihat ini. Namun aku yakin, tanpa perlu dijabarkan, kita semua sudah mengerti apa yang dimaksudkan dalam pesan tersebut. Yang pasti, yang aku yakini.. tidak ada pacaran yang serius. Serius itu satu! Menikah! Mereka yang benar benar sibuk mempersiapkan diri untuk menjemput pernikahan, memperbaiki diri untuk bisa pantas menikah dan benar benar berani action untuk menikah, adalah para pemberani. Aku jadi ingat kata kata si cantik Rosyitha, bahwa menikah itu adalah misi penyelamatan. Bagi kami para wanita yang menanti pangeran penyelamat sejati, menikah adalah perkara bagi para pemberani, bukan pengecut.

Aaaah.. ngomong apa aku ini, aku sendiri pun masih jauh dari berani. Tapi boleh kan aku berusaha untuk tidak menjadi seorang pengecut? yang pasti.. dalam bentuk apapun itu, aku ga sudi pacaran lagi.. ataupun menjalin komitmen dengan seseorang lagi. Buat ku kini, pacaran itu nanti.. setalah akad nikah usai. Komitmen itu nanti.. setelah aku mengiyakan sebuah khitbah. 

Tulisan ini, murni aku tujukan untuk diri aku sendiri yang pernah tertipu cinta, dan untuk saudari saudari ku yang terkadang sama galaunya dengan ku. Semoga kita senantiasa dikuatkan oleh Allah dalam menunggu pangeran penyelamat kita. Bagi sahabat sahabat yang kini mungkin sudah hampir menemukan pangeran penyelamatnya, semoga Allah mudahkan urusan kalian sehingga disegerakan menikah. Bagi para calon pangeran penyelamat dimanapun kalian berada, semoga kalian dimudahkan dan dikuatkan hatinya, bahwa kalianlah calon imam, dan pada diri kalianlah kami nantinya para istri akan tunduk patuh pada perintah kalian. Semoga Allah meridloi usaha tiap hambaNya yang ingin memperbaiki dirinya dari waktu ke waktu. InsyaAllah.. Aamiin..
Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik 





Mulia menjadi seorang ibu rumah tangga


PESAN RASULULLAH SAW PD FATIMAH
Ya Fathimah, yang lebih utama dari itu semua adalah keridlaan suami terhadap istrinya. Jikalau suamimu tidak ridla denganmu tidaklah akan aku doakan kamu. Tidaklah engkau ketahui wahai Fathimah, bahwa ridla suami itu dari Allah SWT dan kemarahannya itu dari kemarahan Allah SWT
Ya Fathimah, apabila seorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Apabila ia mulai sakit melahirkan, maka Allah mencatatkan untuknya pahala orang -orang yang berjihad pada jalan Allah yakni perang sabil. Apabila ia melahirkan, maka keluarlah dari dirinya dosa-dosanya seperti ketika ia di lahirkan. Dan apabila ia meninggal, tiadalah ia meninggal dalam keadaan berdosa sedikitpun
Kalau mau diukur dengan materi, berapa rupiah yang dikeluarkan sebuah hotel hanya untuk mengatur tata ruang, mencuci sprei, dan memasak? Apalagi ibu yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, semestinya mendapat gaji yang besar. Sebagai informasi, menginap semalam saja disalah satu hotel di Bali, ada yang mematok harga Rp 10 hingga Rp 50 juta. Kalau diibaratkan rumah kita seperti hotel seperti dijelaskan di atas, maka ibu rumah tangga yang mengurusnya juga bisa dikatakan sebagai seorang profesional. Tinggal di sini kita harus mengasah diri dengan ilmu dan ketrampilan sehingga kita mampu membuat rumah kita bagai sebuah surga buat suami dan anak anak kita.
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu. Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang orang jahiliah yang dahulu.....(QS:Al-Ahzab:33).
Wanita pemimpin atas rumah suaminya dan atas anak anaknya (Muttafaqalaih).
Ayat dan hadits ini jelas sekali bahwa rumah adalah tempat yang terhormat bagi wanita. Karena dari rumahlah generasi-generasi Islam akan dibangun. Kokohnya suatu bangsa tergantung kokohnya keluarga. Maka tak sepantasnya rasa malu dan minder menghinggapi para ibu rumah tangga karena Allah telah menjamin pahala yang besar untuk mengganti kelelahannya.
Rasulullah SAW berkata pada anandanya untuk menghiburnya ketika melihat Fatimah bersedih dan hendak meminta pembantu untuk meringankan pekerjaan rumah tangganya. Jika Allah SWT menghendaki wahai Fatimah, niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu. Akan tetapi Allah SWT menghendaki di tuliskannya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu dan diangkat-Nya untukmu beberapa derajat.

She is my hero.. Ibu rumah tangga asli! Berkahi selalu hari2nya ya Allah.. Aamiin
 

Logawa di ujung bulan!

Selasa,31 Januari 2012

Sore itu, jam 2 tepat aku sudah berada di stasiun Jebres, Solo, untuk pulang kembali ke Purwokerto. Ditemani mba Rahma ( yang sedang hamil 6 bulan ) kami menunggu KA Logawa di ruang tunggu penumpang. Suasana di stasiun ga begitu ramai, tapi ga sepi juga. Mungkin itu karena hari itu adalah hari kerja. Naik kereta ekonomi, sendiri dengan kondisi badan tidak fit memang baru sekali ini aku lakukan. Ah entah seperti apa nanti kondisi didalam kereta, yang penting aku sampai Purwokerto di jadwal yang paling awal. Waktu menunggu kereta sengaja aku habiskan untuk bolak balik ke kamar kecil. Bukan karena apa, plus minus 5 jam di kereta, aku berusaha untuk tidak ke toilet nantinya. Jadi, aku berusaha untuk tidak memiliki "tabungan" ketika di kereta nanti.

Jam 3 sore, kereta pun datang. Gerbong 3 nomor 9D, itu adalah nomor tempat duduk ku. Aku masuk, aku telusur dan yak! ini dia tempat duduk ku, yang ternyata sudah ditempati oleh seorang ibu tua. Okelah.. aku diam saja, toh di depan tempat duduk itu masih ada tempat kosong. Aku duduk disitu, beberapa saat menyaman - nyaman kan diriku sendiri. Aku mulai memperhatikan satu per satu orang sekitar. Duduk disampingku, seorang bapak tua yang ternyata suami dari ibu yg duduk di tempat duduk ku. Di samping ibu itu, ada seorang cowok yg mungkin umur 25 - 26 tahun. Aku perhatikan, cowok ini kok supel banget ya, humble gitu, ngobrol ramah sama si ibu, salut aku sama dia.

Kereta berhenti di stasiun klaten, si ibu dan suami nya pamit turun. Tinggal aku dan cowok itu sekarang duduk berhadapan. Aku pindah duduk ke pinggir, ke dekat jendela. Pasang masker siap untuk tidur. Tapi ternyata ga ngantuk.. akhirnya aku pilih untuk melihat pemandangan diluar saja. Tapi kok, lama2 pusing.. ya jelas! wong aku duduknya berlawanan arah jalan kereta. Aku putuskan untuk ijin duduk di sebelah cowok itu, dengan tujuan nyaman liat pemandangan di luar ( dan karena memang tempat duduk yg aku incar itu adalah tempat duduk ku sebetulnya, 9D).

Aku duduk disana, siap untuk melamun! ternyata, si cowok mulai ngajak ngobrol, dan ternyata cowok itu asli Purwokerto, teman SMP dan SMA sahabatku ( Mba Iswa ). Ah.. dunia itu, tak selebar daun pintu memang! Awalnya aku nanggepin obrolan cowok itu, dia tanya aku jawab. Tapi lama2 kok aku keganggu ya.. aduh brisiknya itu.. cerewet banget orangnya.  Hampir stres juga aku mbayangin harus ndengerin orang ini ngomong dari Solo sampai Purwokerto. Bisa2 makin diare ini aku. Beruntung tiba2 ada seorang cowok lagi duduk di hadapannya dan perhatian cowok ini beralih ke cowok yang datang barusan. Mereka berdua ngobrol ( maksutnya, yang satu ngomong yang satu diam ) dan aku.. meneruskan lamunanku.

Cowok tadi itu ibarat diesel. Butuh pemanasan dulu di depan, makin lama makin panas dan kelebihan energi. Akibatnya, ngobrolnya semangat banget dan tidak ada titiknya. Kekesalan ku pada cowok itu aku sampaikan di twitter ku @AmbarFitri, tapi lama kelamaan hilang juga kekesalanku, karena perlahan dia berhenti bicara.

Masuk daerah Kebumen, mulai cowok itu bicara lagi, aduuuh aku dah siap2 mau pura2 tidur aja sebetulnya, tapi aku tahan2 saja, toh sebentar lagi sampai. Dia bercerita tentang basic pendidikannya, yaitu Apoteker. Disitu mulailah aku merasa bahwa pembicaraan ini mulai mengasyikkan. Dia banyak bercerita tentang penyakit. Penyebab penyakit, cara mencegah ataupun mengobati beberapa penyakit secara dini. Dia juga berbagi pengetahuan tentang gaya hidup sehat. Ga kerasa, kereta masuk ke stasiun Purwokerto, yang akhirnya perjalanan usai, waktu ngobrol usai, dan ngangsu kawruh pun selesai. Aku ucapkan terimakasih pada cowok itu dan permohonan maaf. Si cowok bingung kenapa aku minta maaf tapi belum sempat dia tanya aku sudah ngacir duluan hehee.

Perjalanan yang cukup indah buat aku. Bertemu dengan seseorang yg baru dikenal, banyak ilmu yang didapat. Walau awalnya aku ga suka, dan ternyata ketidaksukaan ku itu adalah karena diriku sendiri yang belum mau mengenal atau minimal mendengar lebih dalam mengenai isi pembicaraan orang tersebut. Hikmah untuk diriku sendiri, "Janganlah mudah men-judge seseorang/sesuatu kondisi, sebelum kita mengetahui bagaimana kondisi sebenarnya". Berfikir lebih positif dan lebih bijak lagi dalam menilai sesuatu, sehingga nantinya kita tidak menyesal dengan penilaian kita atau komentar yang kita berikan tentang orang / sesuatu tersebut. InsyaAllah.. :)

stasiun purwokerto 19.13 WIB
Nice trip for me