Selasa, 27 Mei 2014

it's called Hidayah

Sebelumnya aku mau ngucapin "Barakallah" untuk teman se-ruangan ku yang mulai hari senin kemarin menggunakan jilbab. Alhamdulillah,, semoga Allah senantiasa memberi ke-istiqomahan dalam berjilbab, makin berkah hidupnya. Aamiin.

Ngemeng - ngemeng tentang pengalaman pertama kali berjilbab, aku memang selalu penasaran dengan "apa" yang menjadi alasan seseorang untuk ber"hijrah". Kalo temen ku ini, dia memang sudah terbiasa saat pergi bersama mama dan neneknya selalu menggunakan jilbab, tapi memang belum konsisten, sampai dengan hari senin kemarin, akhirnya dia putuskan untuk konsisten dalam berjilbab. Alhamdulillah..

Tiap orang memang memiliki alasan masing - masing dalam berjilbab,, ada yang karena paksaan orang tua, ada yang karena dari sekolah nya yang mewajibkan setiap siswa putri untuk berjilbab, ada juga yang karena "sindiran" dari teman SMP nya hahahahaha. Kali ini ijinkan aku bercerita yaa tentang pengalaman pertama berjilbab ku -ihhikkk-.

Awal pertama mengenakan jilbab adalah ketika aku duduk di kelas 1 SMA semester 2. Itu terjadi kira - kira tahun 2003 yang lalu -ketahuan banget yeeeyyy berapa umur eike sekarang (_ _#)-. Seperti biasa, setiap hari Jum'at disaat para siswa laki - laki melaksanakan sholat Jum'at, maka siswa putri dengan dikoordinir oleh Rohis mengadakan acara keputrian. Semacam holaqoh yang wajib diikuti oleh seluru siswi kelas 1. Saat itu yang bertugas menyajikan materi tausiyah adalah dari kelas 1 NA 2 dan si pemateri membawakan materi dengan judul "Jilbab". Disepanjang acara keputrian itu entah kenapa aku ga bisa berenti nangis ketika temenku itu membawakan materinya. Aku nangis sampai sesenggukan yang aku sendiri ga tau apa sebabnya, yang jelas didalam hati aku merasa bahwa, aku rindu, rinduuuuuuuuuuuuuuuuuuuu sekali untuk bisa mengenakan jilbab. Perasaan aneh yang entah datangnya darimana, seolah - olah ada yang menusukkk tajam di hati setiap kali aku mendengar kata "jilbab". Aku terus menangis tanpa mempedulikan seisi ruangan. Aku sampai tidak tahu, apakah seisi ruangan itu memperhatikan ku atau tidak. Aku merasa sendiri, menikmati tangisan ku, menikmati rasa rindu yang ada dalam hati ku. Apakah itu hidayah? entahlah aku juga ga paham. Percaya atau tidak, aku menangis tersedu padahal aku sendiri ga ngerti apa isi materi yang dibawakan saat itu. Yang jelas, yang aku rasakan adalah "Aku ingin berjilbab. Saat itu juga. Sesegera mungkin. Titik!!".

Sepulang dari acara keputrian, aku curhat pada seorang kakak kelas yang kini sudah kembali menghadap Allah (Semoga Allah mengampuni segala dosanya, menerima segala amal ibadahnya dan ditempatkan di tempat yang terbaik disisi-Nya. Aamiin). Aku cerita bahwa aku ingin berjilbab. Tapi aku ga punya baju seragam, secara saat itu baju seragam ku sudah dibuat lengan pendek semua -lha gimana engga' baru juga satu semester dipake-. Ga ada niat apa - apa, cuma pengen curhat aja saat itu. Keesokan hari nya, aku diajak ke kos-an dia, di kamar nya sudah di jereng dua pasang seragam OSIS, satu seragam pramuka dan satu seragam olahraga. Semua nya adalah seragam lengan panjang. Subhanallah,, Walhamdulillah.. aku ga nyangka, segitu perhatiannya dia sama aku, sampai - sampai dia cari orang yang mau menyumbangkan baju seragamnya buat aku (Terimakasih ya mba,, terimakasih juga yang sudah menyumbangkan seragam nya buat aku). Memang saat itu aku belum bilang sama ortu bahwa aku niat berjilbab, masalahnya aku tau kondisi orang tua ku yang baru aja menghabiskan banyak dana untuk membiayai sekolah ku plus membuatkan seragam buat aku, lahh baru satu semester aku pake masa aku udah minta ganti seragam lagi?!? Tapi Allah menolongku perantaraan kakak kelas ku itu, aku makin yakin dengan istilah "Man Jadda wa jada", aku juga yakin kalau kita bertindak sesuatu ikhlas untuk mendapat ridlo Allah, apalagi ini melaksanakan kewajiban yang jelas - jelas diperintah oleh Allah, pastiiii akan Allah tolong. Dan setelah mendapat seragam itu, barulah aku berani menyampaikan ke ortu tentang niat untuk berjilbab.

Itu adalah sekelumit kisah awal mula aku berjilbab. Dan Alhamdulillah.. sampai dengan detik ini Allah masih menjaga ku, mengistiqomahkan ku untuk tetap berjilbab. InsyaAllah hingga akhir hayat ku. Aamiin.. Mulai saat itu, sedikit demi sedikit aku perbaiki cara ku berjilbab, menyederhanakan dalam berjilbab, menjulurkan sampai menutupi dada, mulai meninggalkan dunia per"celana"an dan lain - lain. Masih dalam tahap belajar memperbaiki diri memang dan semoga Allah beri kemudahan dan keistiqomahan selalu, aamiin. 

Point penting dari semua cerita ini adalah bagaimana hidayah itu datang. Hidayah itu tidak serta merta datang, hidayah itu sama seperti sebuah cita - cita, patut dijemput, patut diusahakan. Allah akan memberi hidayah pada siapa yang Ia kehendaki dan yang menghendaki hidayah tersebut. Jilbab untukku tidak hanya sekedar kewajiban tapi dia sudah menjadi identitas. Identitas seorang Ambar, identitas seorang muslimah. Perbaikan dalam penampilan itu tidak akan ada artinya, tanpa ada perbaikan dari dalam diri orang itu sendiri, maka semoga Allah memudahkan dan membimbing aku -dan kalian- selalu, untuk dapat terus menerus berproses menjadi muslimah yang baik, yang taat. Aamiin ya Allah :)