“Iya nih Kak”, jawab Bunga sekenanya.
Dialog
di atas adalah sekelumit cerita kawan saya – Bunga – ketika dia merubah
penampilan jilbabnya. Bukan memendekkan jilbabnya hingga ke leher,
hanya saja Bunga membuat jilbabnya dengan suatu model dengan tetap
menjulur menutupi dada. Memang tidak sepanjang jilbab Mawar tapi masih
syar’i karena sebelumnya Bunga telah bertanya dahulu dengan guru
ngajinya. Ketika guru ngajinya mengatakan bahwa jilbab itu masih
tergolong panjang dan menutupi dada, maka tak masalah. Masalah justru
hadir ketika Bunga berangkat ke kampus dan bertemu dengan kakak
seniornya, yang seketika langsung menjudge Bunga sedang futur.
Sedang jawaban Bunga di atas bukanlah jawaban sebenarnya. Hanya
sekenanya. Bunga hanya merasa heran, ketika iman hanya di ukur oleh
panjang atau pendeknya jilbab. Selama jilbabnya masih syar’i, toh tidak
masalah.
****
Lain waktu, dikarenakan sedang kehabisan pulsa, maka Mawar meminjam handphone kepada Bunga. Bunga meminjamkannya dan Mawar pun segera menelpon seseorang sambil menjauhi Bunga.
Beberapa hari kemudian, ketika jam menunjukkan pukul dua pagi. Saat itu Bunga sedang tertidur pulas, kemudian handphonenya berdering. Sambil mengantuk, Bunga mengangkat handphonenya. Bukan main ia terkejut, karena ternyata si penelepon mencari Mawar dan si penelepon itu adalah seorang laki-laki.
“Assalamu’alaikum, ukhti Mawar ada?” tanya si penelepon
“Wa’alaikumsalam Afwan, Mawarnya tidak ada”. Jawab Bunga sambil mengantuk
“Iya tolong di panggilkan ukhti Mawarnya”. Si penelepon rada memaksa
“Ini bukan handphonenya Mawar, kemarin dia pinjam handphone saya”. Balas Bunga dengan sedikit kesal
Esok harinya, Bunga menceritakan kejadian semalam kepada Mawar. Di tanyalah Mawar.
Esok harinya, Bunga menceritakan kejadian semalam kepada Mawar. Di tanyalah Mawar.
“Kak, semalam jam dua ada telpon dari ikhwan yang mencari kakak”. Bunga mengawali percakapan
“Oh itu, Ana mah biasa ngurusin kerjaan malam-malam sama ikhwan itu”. Jawab Mawar
Dalam
hati Bunga merasa heran, “berinteraksi dengan ikhwan malam-malam
seperti itu bahkan hingga pukul dua pagi, memang hanya urusan
pekerjaan, tapi jika berlanjut terus menerus bukan malah menjurus ke
masalah hati?”. Tapi pertanyaan itu hanya Bunga simpan dalam hati. Ia
tidak berani meneruskan ketika jawaban Mawar langsung telak mengejutkan
Bunga.
****
Saya mengenal Bunga, Dia memang tidak
mengenakan jilbab yang panjangnya hingga ke paha. Tapi saya kenal
dengan Bunga yang mampu menjaga interaksinya dengan lawan jenis,
meskipun aktivitasnya tidak hanya terbatas pada sesama jenis. Dia juga
mampu menjaga hatinya meskipun banyak berinteraksi dengan lawan jenis
karena keharusan.
Bunga mungkin terbilang sebagai akhwat yang
“slengean” dan saya mengenalnya seperti itu. Tapi dia terbilang akhwat
yang cukup aktif dalam organisasinya. Dia bisa menjadi contoh seseorang
yang selalu on-time ketika ada suatu
agenda, kecuali ada suatu alasan syar’i yang membuatnya datang lebih
lambat. Bunga yang sangat loyal ketika di beri suatu amanah.
Karena
“keslengeannya” itu pula, saya menjadi tahu baik buruknya dia. Bukan
seseorang yang hanya berusaha baik secara penampilan tapi buruk di
belakangnya.
Slengean yang saya maksud bukanlah berkelakuan buruk
dan tidak menjaga perilaku. Tetapi slengeannya Bunga adalah gampang
berbaur dengan orang lain baik muslim maupun non muslim, dengan tetap
menjaga perilaku sebagai muslimah. Ceplas ceplos, tidak di buat-buat
dan apa adanya tapi tetap syar’i. Dan tidak pula baik di penampilan
fisik tapi buruk di dalamnya.
Saya jadi teringat akan sebuah
kutipan, Jangan pernah lihat dari panjangnya jilbab tapi dari
akhlaqnya. Karena jika jilbab seseorang sudah memenuhi ketentuan syar’i
maka tak ada alasan untuk memandangnya sinis.
Syarat jilbab:
- Hijab/jilbab menutupi seluruh badan (rambut sampai kaki) kecuali wajah dan telapak tangan.
- Hijab/jilbab tidak dimaksudkan sebagai hiasan bagi dirinya, sehingga tidak diperbolehkan memakai kain yang berwarna mencolok, atau kain yang penuh gambar atau hiasan.
- Hijab/jilbab harus lapang dan tidak sempit sehingga tidak menggambarkan postur tubuhnya
- Hijab/jilbab tidak memperlihatkan sedikit pun bagian kaki wanita
- Hijab/jilbab yang dikenakan itu tidak sobek sehingga tidak menampakkan bagian atau perhiasan wanita
- Hijab/jilbab tidak menyerupai pakaian laki-laki.
Sumber: Fiqih Wanita, Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah
Dan
ilmu pun tak bisa di lihat dari panjangnya jilbab. Bisa jadi mereka
yang terlihat biasa justru memiliki akhlaq yang luar biasa. Dan bisa
jadi seseorang yang di luar terlihat slengean, tapi secara hati dan
perilaku lebih bisa menjaga hal-hal yang merusak imannya. Bukan lagi
masanya melihat sesuatu dari penampilan fisik dan menganggap diri lebih
mulia dikarenakan penampilan fisik yang sempurna. Bukan saatnya lagi
menggolong-golongkan kawan berdasarkan ukuran jilbab. Maka ukuran
jilbab bukanlah sebuah nilai. Karena Allah hanya melihat ketaqwaan
hambaNya.
Allahua’lam
—
Based on true story, pengingat diri sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar