Ada banyak cerita yang bisa dibagi disini tentang pengalaman mengikuti DTU dan DTSD. Memang buat aku, diklat ini salah satu hal yang aku tunggu - tunggu saat itu, maklum.. sebagai seorang pegawai baru yang ga ngerti apa - apa tentang DJKN, aku seperti haus, haus akan ilmu akan pengetahuan mengenai institusi yang aku masukin saat ini. DTU dan DTSD ini adalah gerbang ilmu dan pengetahuan itu.
Awal april kami ber-72 mulai mengikuti rangkaian acara diklat ini. Diklat diadakan di Pusdiklat KNPK (Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan) yang letaknya ada di lingkup kampus STAN Bintaro, itu artinya sangat duekeeeeeet dengan tempat tinggal ku. Akomodasi semua ditanggung penyelenggara, mulai dari asrama, makan, seragam outbond, sampai laundry, semua siap! kecuali satu.. apa itu?!? SPPD!! ya! untuk angkatan kami tidak diberi SPPD. Hahaaa.. tapi ya ga masalah juga, soalnya khan emang bukan itu tujuan kita mengikuti diklat ini, ya khan?! ;). Nahh dengan deketnya jarak antara asrama dengan rumah, aku yang dari awal emang ga bisa jauh dari suami -halahh- udah berniat untuk ga nginep di asrama. Namun apa daya, peraturan tetaplah peraturan. Sepuluh hari pertama, tidak diijinkan kepada para peserta diklat untuk menginap di luar asrama. Otomatis, selama sepuluh hari itu aku ga bisa ketemu-an sama suami hiksss.. Tapi emang masuk di akal si peraturan itu, bayangin aja.. jadwal acara kami adalah dari jam 5 pagi sampai jam 10 malam non stop! Semua terjadwal, semua dengan waktu, semua dengan hitungan. Ya! dalam sepuluh hari pertama kami memang dibina dan ditempa untuk menjadi pegawai sejati -lirik lagu diklat ini mah-.
DTU, diklat yang lebih mengandalkan fisik. Kegiatan 70% di lapangan, dari pagi sampai malam, bisa ditebak sendiri lah bagaimana keadaan wajah kami selepas sepuluh hari tersebut. Yaph!! menghitam eksotis gimanaaaaaaaa gitu. Beruntung, beberapa hari sebelum berangkat diklat, Allah beri aku dan suami anugrah indah berupa janin di dalam kandungan ku. Waktu itu umurnya masih sangat kecil yaitu kisaran 5 minggu. Lagi masa - masa kritis katanya. Nahhh karena keadaan ku yang sedang "tekdung" itu lah maka ada dispensasi khusus buat ku. Aku diberi keringanan dalam kegiatan fisik. Saat teman - teman berdiri, aku boleh duduk, saat teman - teman push up, aku duduk, teman - teman sit up, aku juga duduk -duduk terus deh kayanya (_ _#)- Kata - kata sakti yang selalu keluar dari pelatih adalah "yang sakit dan ibu hamil.. silakan keluar barisan". Sebetulnya ga enak juga sama temen - temen, aku duduk cengo' sendirian dibelakang ngeliatin mereka push up, sit up dll. kasihan.. ga tega.. tapi ternyata itu semua dilakukan bukan karena hukuman atau pelatih mau ngerjain kita, tapi memang kita dididik supaya sehat jasmani, sehat mental juga. Dan yang lebih penting lagi adalah.. selepas DTU kita jadi mengerti yang namanya jiwa korsa, kita mengerti yang namanya kebersamaan, saling mengerti keadaan kawan, ga cuek, ga acuh tak acuh, atau bahasa kerennya adalah kita jadi lebih care dengan sekitar. to be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar