Aku sementara tinggal di sebuah komplek kontrakan yang terdiri dari beberapa rumah di daerah Ceger, Pondok Aren. Tetangga tetangga ku (dulu sebelum mereka pindah) mayoritas adalah PNS di lingkungan Kemenkeu (lulusan STAN semua nyah). Tapi sekarang, dari 20 rumah, cuma 9 aja yang bekerja di kementerian keuangan (mayoritas dejepeh). Kontrakan ku ini termasuk kontrakan yang murah meriah, dengan lingkungan sekitar yang paling aman, nyaman dan strategis. Latar belakang sosial para penghuni nya juga macem macem. Ada yang berada, ada juga yang biasa. Tapi satu hal yang bikin aku betah berada di kontrakan ini. Karena tetangga tetangganya friendly banget. Antara yang ber"punya" sama yang "biasa" itu ga ada jarak. ga sok pamer dengan apa yang dimilikinya, ataupun minder dengan kondisi kehidupannya. Kita udah kaya saudara, ga ada iri iri an, kalo lagi kumpul kumpul di depan, ngobrol, yang diobrolin masalah global, dan jauh dari gosip! aku suka banget.
Berawal dari suka ngobrol ngobrol santai antar ibu ibu itulah, aku jadi punya ide buat ngadain semacam "majelis taklim" disini, lagian khan para bapak bapak udah lebih dulu punya agenda bareng bareng yaitu badminton-an, jadiii kita para ibu ibu kece ga mau kalah juga dooonk. Alhamdulillah, responnya positif, dan akhirnya bulan Desember lalu dimulai lah acara pengajian nya. Pengajian diadakan dua minggu satu kali, diadakan pada hari minggu jam 4 sore, dan untuk tempatnya, digilir antar rumah, sedangkan untuk yang mengisi kajian adalah ibu T yang juga tinggal disini. Prinsip awal aku mencetuskan ide ini adalah karena ingin agar kumpul dan ngobrol ngobrol nya ibu ibu disini lebih berbobot, menambah ilmu yang nantinya bisa diaplikasikan di kehidupan nyata. Cuma itu aja, jadi waktu ada salah seorang ibu yang minta untuk diadakan arisan sekalian, aku dengan halus menolak. Aku takut, niat kami nanti nya berubah, dari yang awalnya ingin "ngangsu kawruh" jadi "ngarep dapet arisan", waaahh khan parah kalo udah niatnya gitu. Selain itu, aku juga ga menetapkan iuran sekedar untuk mengisi kas. Justru dulu ada usulan kalo untuk konsumsi nya, tiap orang bawa camilan aja saat acara. Jadi khan nanti terkumpul banyak camilan dan bisa dimakan bareng bareng. Selain ga ngerepotin orang yang ketempatan, juga bisa irit -tetep yeee! irit gitu loh -__- -. Tapi untuk usul yang satu ini, ternyata ga jalan. Ibu ibu dateng dengan lenggang kangkung tangan alias ga bawa apa apa hehehehe -yagapapa juga siiieyyy-.
Acara pengajian dimulai, waktu ngaji pertama kali diadain di rumah ibu F, suguhannya wajar dan tetap menyenangkan. Gorengan ditambah dengan irisan buah mangga -ngiler mbayangin mangga yang manis.. yummmmmmyy-. Kita semua hepi ngikutin acara pengajian tersebut. Santai tapi berisi. Kajian kali ini membahas hadist arbain nomer satu yaitu tentang NIAT. Dua minggu kemudian, kita kumpul lagi di rumah ibu S. Seneng deeh karena personil yang pada dateng tambah banyak, horayyy!! Suguhan kali ini -suguhan terus yang dibahas! yaiyalah judulnya juga tentang suguhan :D - buanyakk banget, diluar ekspektasi ku yang cuma berharap dapet gorengan bakwan nyamnyamm -bakwan is the best gorengan in the world yaa-. Ibu S memberi suguhan brownies, pastel, onde onde, gorengan -teteup ada yeyeye-, ditambah dengan dua mangkuk bakso untuk tiap orang. Aku seneng -yaiyalah secara tinggal makan, enak enak lagi :D makasih ibu S :D - , tapi dibalik hidangan yang menyenangkan tersebut, ada yang hal yang bikin aku mikir. "suguhan seperti ini bahaya kalo dijadikan patokan" -pemikiran yang LEBAI, tapiiii BENAR (menurut gueeh hehe)-. Aku takut kalo ibu ibu berpikiran bahwa ketika nanti mereka ketempatan pengajian, maka suguhannya harus seperti di rumah ibu Situ -perasaan gue aja ga sii (_ _#)-. Waaaaah gawat kalo mereka berpikiran seperti itu. Iya kalo pas mereka lagi ada dana, kalo engga?!? kasian khan?!? bukannya hepi karena mau ketempatan, malah jadi beban. hmmmm... makanya nih, harus segera dilurusin yang beginian. Maka untuk pertemuan berikutnya ketika diadakan di tempatku, aku kembali hanya memberi suguhan gorengan dan air mineral kemasan -bukan A*ua-. Semoga setelah dari tempatku ibu ibu yang belum mendapat giliran ketempatan jadi berpikir "mba Ambar juga cuma ngasih suguhan seadanya, jadi ga perlu muluk muluk yaa nyuguhinnya". Mereka sekarang memiliki pilihan, apakah akan memberikan suguhan yang istimewa atau seadanya saja? itu hak mereka, kami sebagai tamu insyaAllah ikhlas ikhlas saja -yaiyalaaa maaak, kalo protes ya namanyaaaa.... terusin aja sendiri-. Kembali lagi pada tujuan awal diadakan pengajian ini khan adalah untuk ajang silaturahmi dan menambah ilmu. Jadi suguhan itu hanya "penyemarak" aja. Ketika ada Alhamdulillah.. ketika ga ada ya innalillah hehehehe.. Apakah kalo hidangannya istimewa trus ngajinya otomatis langsung pinter? atau kalo hidangannya biasa aja ya jadi mengurangi kemampuan kita menyerap ilmu? ga juga khaaaan? -tapi kalo lagi laper ngaruh juga sie heheee #plakk-.
Memuliakan tamu adalah salah satu ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya” HR. al-Bukhâri dan Muslim Imam Ahmad rahimahullah. Namun memberi jamuan istimewa kepada tamu bukanlah satu satu nya cara dalam memuliakan tamu. Islam juga mengajarkan dalam menjamu tamu untuk tidak takalluf -Takalluf artinya pemaksaan diri dan pengusahaan diluar batas kemampuan dirinya atau bahasa gampangnya adalah Mmmmaaakkksaaa :D - Imam Al-Hâkim meriwayatkan dari A’masy dari Syaqîq, ia berkata : "Saya dan temanku mendatangi Salmân Radhiyallahu ‘anhu. Kemudian ia menyuguhkan roti dan garam kepada kami seraya berkata : "Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang kami untuk berbuat takalluf, niscaya saya akan mengusahakannya”. Jadi, ibu ibu muliakanlah tamu kita semampu kita bisa. Ga perlu memaksakan diri hanya karena takut ga enak sama orang lain mungkin, karena tetangga nya menghidangkan A,B,C,D sedangkan kita hanya mampu menghidangkan A dan B. Setiap amalan tergantung dari niatannya. Begitupun ketika kita memberi suguhan terhadap tamu. Sekarang tinggal kita periksa kembali apa niatan kita saat memberi suguhan pada tamu kita. Kenapa jadi kaya guwehh yang lagi ngasih tausiyah nih? hahayyy.. semoga manfaat deh yaaa :-*
Acara pengajian dimulai, waktu ngaji pertama kali diadain di rumah ibu F, suguhannya wajar dan tetap menyenangkan. Gorengan ditambah dengan irisan buah mangga -ngiler mbayangin mangga yang manis.. yummmmmmyy-. Kita semua hepi ngikutin acara pengajian tersebut. Santai tapi berisi. Kajian kali ini membahas hadist arbain nomer satu yaitu tentang NIAT. Dua minggu kemudian, kita kumpul lagi di rumah ibu S. Seneng deeh karena personil yang pada dateng tambah banyak, horayyy!! Suguhan kali ini -suguhan terus yang dibahas! yaiyalah judulnya juga tentang suguhan :D - buanyakk banget, diluar ekspektasi ku yang cuma berharap dapet gorengan bakwan nyamnyamm -bakwan is the best gorengan in the world yaa-. Ibu S memberi suguhan brownies, pastel, onde onde, gorengan -teteup ada yeyeye-, ditambah dengan dua mangkuk bakso untuk tiap orang. Aku seneng -yaiyalah secara tinggal makan, enak enak lagi :D makasih ibu S :D - , tapi dibalik hidangan yang menyenangkan tersebut, ada yang hal yang bikin aku mikir. "suguhan seperti ini bahaya kalo dijadikan patokan" -pemikiran yang LEBAI, tapiiii BENAR (menurut gueeh hehe)-. Aku takut kalo ibu ibu berpikiran bahwa ketika nanti mereka ketempatan pengajian, maka suguhannya harus seperti di rumah ibu Situ -perasaan gue aja ga sii (_ _#)-. Waaaaah gawat kalo mereka berpikiran seperti itu. Iya kalo pas mereka lagi ada dana, kalo engga?!? kasian khan?!? bukannya hepi karena mau ketempatan, malah jadi beban. hmmmm... makanya nih, harus segera dilurusin yang beginian. Maka untuk pertemuan berikutnya ketika diadakan di tempatku, aku kembali hanya memberi suguhan gorengan dan air mineral kemasan -bukan A*ua-. Semoga setelah dari tempatku ibu ibu yang belum mendapat giliran ketempatan jadi berpikir "mba Ambar juga cuma ngasih suguhan seadanya, jadi ga perlu muluk muluk yaa nyuguhinnya". Mereka sekarang memiliki pilihan, apakah akan memberikan suguhan yang istimewa atau seadanya saja? itu hak mereka, kami sebagai tamu insyaAllah ikhlas ikhlas saja -yaiyalaaa maaak, kalo protes ya namanyaaaa.... terusin aja sendiri-. Kembali lagi pada tujuan awal diadakan pengajian ini khan adalah untuk ajang silaturahmi dan menambah ilmu. Jadi suguhan itu hanya "penyemarak" aja. Ketika ada Alhamdulillah.. ketika ga ada ya innalillah hehehehe.. Apakah kalo hidangannya istimewa trus ngajinya otomatis langsung pinter? atau kalo hidangannya biasa aja ya jadi mengurangi kemampuan kita menyerap ilmu? ga juga khaaaan? -tapi kalo lagi laper ngaruh juga sie heheee #plakk-.
Memuliakan tamu adalah salah satu ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya memuliakan tamunya” HR. al-Bukhâri dan Muslim Imam Ahmad rahimahullah. Namun memberi jamuan istimewa kepada tamu bukanlah satu satu nya cara dalam memuliakan tamu. Islam juga mengajarkan dalam menjamu tamu untuk tidak takalluf -Takalluf artinya pemaksaan diri dan pengusahaan diluar batas kemampuan dirinya atau bahasa gampangnya adalah Mmmmaaakkksaaa :D - Imam Al-Hâkim meriwayatkan dari A’masy dari Syaqîq, ia berkata : "Saya dan temanku mendatangi Salmân Radhiyallahu ‘anhu. Kemudian ia menyuguhkan roti dan garam kepada kami seraya berkata : "Seandainya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang kami untuk berbuat takalluf, niscaya saya akan mengusahakannya”. Jadi, ibu ibu muliakanlah tamu kita semampu kita bisa. Ga perlu memaksakan diri hanya karena takut ga enak sama orang lain mungkin, karena tetangga nya menghidangkan A,B,C,D sedangkan kita hanya mampu menghidangkan A dan B. Setiap amalan tergantung dari niatannya. Begitupun ketika kita memberi suguhan terhadap tamu. Sekarang tinggal kita periksa kembali apa niatan kita saat memberi suguhan pada tamu kita. Kenapa jadi kaya guwehh yang lagi ngasih tausiyah nih? hahayyy.. semoga manfaat deh yaaa :-*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar