Masih bercurhat curhat cantik tentang pengalaman belajar tahsin. Jadi, sabtu kemarin itu adalah pertemuan pertama ku di kelas baru. Yaph yaphhh kelas tahsin II. Alhamdulillah seneng deh, apalagi ternyata temen se-holaqoh pas tahsin I dulu ternyata banyak yang sekelas juga sama aku sekarang. Makin seneng karena aku dapet pengajar Ustazah Retno Nur. Jadi tuh ya, dulu waktu masih tahsin I, aku suka melirik melirik mereka yang di Tahsin II, dalam hati aku penasaraaaan dan pengeeeeeen banget berada di lingkaran holaqoh itu, memegang juz 29 -kalo tahsin I, untuk talaqqi nya memakai juz 30, sedangkan tahsin II pakai juz 29-. Dan Alhamdulillah, sekarang aku berada disini, di kelas tahsin II.
Ada kabar bahagia, ada juga kabar menegangkannya. Ternyata, apa yang diajarkan di tahsin I itu, masih bisa dibilang baru perkenalan! Apppaaahhhh perkenalan?!?!? teruuuuusss kaya apa tahsin II ini kalo tahsin I aja masih disebut perkenalan -gemeteran di ujung mesjid :( -. Memang benar, waktu kita di tahsin I, kita ga dituntut apa - apa, goal dari tahsin I adalah membaca dengan lancar, membaca dengan benar. Kami ga dituntut mengerti tentang teori tajwid, kami ga dituntut bilangan untuk tilawah -walaupun target tahsin I adalah setengah juz sehari-. Kenapa kita ga dituntut untuk mengerti, menghafal dan memahami ilmu tajwid di Tahsin I? -aku bilang di Tahsin I loh yaaaa-. Karena, hukum membaca Al-Qur'an dengan benar adalah Fardu 'ain alias wajib dan berdosa jika tidak dibaca dengan benar. Tapi, hukum mempelajari ilmu tajwid adalah Fardu kifayah, yang artinya kalo kita sudah bisa membaca dengan benar, ngerti ketika ada huruf tanwin atau nun mati bertemu dengan huruf ba otomatis dibaca ghunnah, walaupun tidak tau kalo itu namanya iqlab gapapa yang penting tau gimana cara membaca nya. Naaaaaaaaah di Tahsin II ini beda. Kita sudah mulai dituntut, antara lain :
- Tilawah minimal One Day One Juz (satu hari satu juz)
- Kalo tilawahnya fluktuatif, tidak bisa naik kelas, jadi harus istiqomah!
- Memahami teori, tentang ilmu tajwid, mad, sifat - sifat huruf, tafkhim dan tarqiq dan masih banyak lagi
- Kehadiran harus 75%, karena kalo kurang dari itu akan sulit untuk dinaikkan
- UAS ga ada susulan T__T
Satu sisi aku seneng bisa naik kelas, satu sisi berarti aku udah ga bisa seenaknya kaya waktu masih tahsin I -iyalah waktu Tahsin I sering ditinggal mudik, berangkat suka nelat nelat hufhhh-. Sekarang aku ga boleh main main, demi apa?! demi bisa belajar membaca al-qur'an dengan baik DAN JUGA BISA MENGAJARKANNYA -ya ga usah di Capslock juga kaliiii-. Ya! Sekarang aku punya target baru, dulu waktu tahsin I aku cuma menargetkan bacaan ku lancar dan benar, tilawah konsisten, naik kelas. Sudah! itu saja. Sekarang, sudah naik tingkat, bacaan sudah lebih benar dan lancar, tilawah insyaAllah selalu berusaha istiqomah, apa target selanjutnya? jelas!! mengajarkan membaca Al-Qur'an dengan baik pada orang lain. Dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ .
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”
-Ya Allah, bimbing hamba agar hamba dapat menjadi manusia yang disebutkan oleh kekasihMu, Rasulullah SAW pada hadits diatas,, Aamiin..-
Nah,, untuk bisa mengajarkan, ga cukup hanya bisa membaca dengan benar dan lancar. Tapi juga harus tau ilmunya. Nah.. di tahsin II inilah aku yakin, akan lebih dalam lagi membahas mengenai keajaiban - keajaiban huruf dan hukum Al-Qur'an.
Memang semenjak ikut belajar tahsin di An Nashr ini, aku menjadi semangat dalam tilawah. Rasanya enaaaak aja kalo baca. -
Ya Allah, berikanlah rahmat dan berkah-Mu pada orang2 yang belajar dan mengajarkan Al-Qur'an dimanapun mereka berada, aamiin-. Berbeda waktu belum belajar dulu. Baru baca dua lembar aja kayanya udah ngos ngos-an,, hmmmm emang beda ya antara yang berilmu sama yang engga hmmmm (_ _#). Aku juga jadi tau bahwa cetakan Al-Qur'an pun berbeda antara cetakan Indonesia dengan cetakan Arab -
kalo ini aku taunya sejak nikah, dikasih tau suami-. Kirain dulu semua Al-Qur'an sama aja cetakannya, ternyata yang memakai ROSM Utsmani jauh lebih enak bagi mereka yang ingin belajar membaca Al-Qur'an. Sedangkan cetakan Indonesia biasanya sudah dicetak sedemikian rupa hingga amat memudahkan bagi mereka yang membaca nya. Yaah masing - masing ada kurang dan ada lebih nya. Kalo make Qur'an cetakan Indonesia, kita jadi seperti "
dimanja" karena semua tanda tajwid sudah dicetak jelas dengan tanda tanda yang memudahkan bagi yang membacanya, seperti contohnya bacaan ikhfa diberi tanda kuning, iqlab diberi warna merah dll. Sedangkan cetakan arab atau timur tengah tidak, begini kira kira gambar nya..
|
Qur'an cetakan Arab |
|
Qur'an cetakan Indonesia |
masih belum bisa melihat perbedaannya? makanya belajar!! loh?!?!? hihihihi maksutnya silakan coba buka link ini, insyaAllah jadi jelas perbedaannya
Perbedaan Al-Qur'an cetakan Arab dengan cetakan Indonesia . Yang jelas, perbedaan cetakan tersebut
ga membuat perbedaan arti, makna atau apapun dari Al-Qur'an, ini hanya perbedaan cara penulisan saja.
Back to the topic, yaph! target ku adalah aku ingin bisa menjadi pengajar tahsin! -mmmm sebenernya agak malu siii ngomongnya, soalnya ilmu nya masih cetek, tapi gapapa deeeh aku anggap ini jadi pecut buat aku untuk terus belajar dengan serius-. Kata - kata dari Ustazah Retno jadi salah satu motivasi ku, ketika beliau bilang "untuk lulus tahsin II tidak semudah lulus tahsin I, ada yang sampai 2 tahun tidak bisa naik, tapi nanti kalo sudah lulus tahsin II, bisa lanjut ke takhossus atau langsung tahfidz. Di kelas takhossus atau tahfidz inilah kunci mengikuti dauroh syahadah untuk bisa mendapat sertifikat pengajar tahsin" ya kurang lebih seperti itu kata kata ustzh. Retno. Aku merinding waktu denger itu, ditambah lagi waktu aku liat di lingkaran holaqoh sebelah, ternyata ustazah nya masih muuuuuuuudaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bangetttt... itu bener bener yahh.. bener bener Subhanallah.. dan ternyata, yang ngajar tahsin II suami ku juga masih muda, secara dia aja masih berstatus OJT di Kemenkeu, yang artinya kemungkinan usia nya masih sekitar 23-24an. Muda dan berjaya menurutku. Subhanallah.. AllahuAkbar. Aku jadi makin termotivasi, aku yakin bahwa jika kita mau serius belajar dengan terus membenahi niat didalam hati, pasti Allah akan memberi kemudahan pada kita untuk dapat meraih apa yang kita cita - cita kan. Hmmmmm pertemuan pertama yang menginspirasi, semoga di pertemuan pertemuan berikutnya akan makin menginspirasi, terus istiqomah dan tentunya berkah. Aamiin Ya Rabb.. Aamiin ^__^